Sebelum Iblis Menjemput (2018).
Berawal dari rekomendasi teman,
akhirnya saya memutuskan untuk menonton film ini bersama teman group whatsapp
yang sengaja saya bentuk untuk menonton film di bioskop, karena jujur saja menemukan
orang dengan selera film yang kurang lebih sama merupakan hal yang cukup sulit
untuk saya.
Sebetulnya
rekomendasi ini datang dari teman-teman produksi saya yang kebetulan lebih dulu
menonton, dan beberapa ulasan dari
mereka bikin saya semakin penasaran dengan apa yang akan Timo Tjahjanto suguhkan di film horrornya ini.
Saya
akan memulai dari kekurangan dari yang saya lihat film ini, Cast yang dipakai tidak
menghasilkan sesuatu yang dapat menghibur saya, malah terkesan biasa-biasa aja,
Chelsea juga bisa dibilang so so, malah
di ending film, Chelsea mungkin lupa kaki mana yang sebetulnya patah hingga
berjalan dengan tumpuan yang salah. Sedangkan Pevita hanya bisa mencuri
perhatian saya ketika dia memegang palu dalam film itu.
Dilanjut
dengan plot yang sekadar jadi dan tidak tertata rapi, tidak jelas kenapa mereka
mulai diganggu oleh Kekuatan gaib, vision
dari pemeran utama yang tidak jelas datangnya dari mana, para tokoh seolah
mendapat petunjuk yang sebetulnya sama sekali tidak berguna, bahkan scene
tersebut bisa saja dihilangkan dan tidak merubah apapun di film tersebut.
Namun
jujur saya saya bisa mengesampingkan itu semua ketika film ini mulai memasuki
sesi horrornya, Ini merupakan sesuatu yang baru bagi horror Indonesia bukan
berarti ini tidak pernah dilakukan sebelumnya, Saya ingat betul bagaimana film
horror di era Suzanna begitu setia mengisi beberapa scenenya dengan penuh
“gore”. Tapi tenang, gore yang disajikan di sini masih dalam kategori aman
untuk disaksikan, kok.
Dan
yang Paling saya apresiasi dalam film ini adalah bagaimana Timo bisa membangun
kesan horror tidak hanya lewat jumpscare yang hanya mengagetkan saja. Ibarat
Lionel Messi, Timo masih bisa menggocek kehadiran iblis di sini dengan begitu
cantik namun tidak mengurangi keseraman film ini. Hampir di setiap kali si iblis
keluar saya bisa menahan nafas beberapa kali, dan jujur, menonton film ini
sangat melelahkan sekaligus menyenangkan. Bahkan diakhir salah satu jumpscare saya
berteriak kegirangan dan bertepuk tangan karena kejeniusan TImo dalam menggocek
itu semua.
Setelah
itu sound design adalah hal favorit kedua saya, bukan scoringnya. Sound design yang
digunakan pada Sebelum Iblis Menjemput, mempunyai peranan yang begitu besar
dalam mendongkrak tingkat seram di film ini. Mendengar bagaimana sosok ghaib
yang muncul dalam film ini membuat saya percaya benar kalau yang muncul bukan
setan biasa tapi benar-benar seorang iblis.
Bagaimanapun, film ini tidak bisa
dibilang kacangan hanya karena alur ceritanya yang kacau, dan seni peran yang
biasa saja, Tapi Timo bisa membuat Sebelum Iblis Menjemput menjadi film Horror
yang sangat menyeramkan, namun tetap menarik untuk diikuti.
Komentar
Posting Komentar