Langsung ke konten utama
Sprider-man Into the Spider-Verse

Sudah 200 hari lebih semenjak saya terakhir menulis sebuah ulasan film. Ada banyak sekali kesibukan
yang membuat saya harus menunda untuk menulis kembali. Dan tentu saya saya sangat rindu untuk
kembali menulis!

Langsung saja! Sebenarnya sudah lama saya ingin menonton Spider-Man Into the Spider-Verse,
tapi pada saat itu film ini sudah turun layar terlebih dahulu. Alhasil cuma bisa menonton lewat website
stream, slow tidak akan saya sebut. Tapi sudah bukan lagi rahasia untuk diketahui orang banyak.
SKIDIPAPAP!

Skeptis? Tentu, karena saya sendiri tidak begitu tertarik dengan film animasi, tapi Spider-Verse? Luar biasa. Benar-benar diluar ekspetasi saya. Lalu bagaimana dengan ceritanya? Kita tahu film punya banyak aspek yang bisa dinikmati, alur cerita, seni peran, scoring atau soundtrack, dan masih banyak lagi. Bahkan saya mengenal seseorang yang datang ke bioskop hanya untuk melihat CGI sebuah film. YA! Hanya CGI.

Selama 1 jam 56 menit, saya benar-benar terpukau oleh cara penyampaian visual yang digunakan.
Sederhananya, seolah menonton komik. Bagaimana perbaduan cerdas antara animasi serta comic style
yang digunakan. “A living painting” begitu disebutnya. Tidak heran film ini menang dalam
academy award tahun ini sebagai Academy “Best Animated Feature Film”

Tidak hanya visualnya, saya juga dimanjakan dengan scoring serta soundtrack film ini. Musik dengan
tense dan tempo yang cukup cepat membuat saya terhipnotis. Rasanya seperti bermain PS 2.
Ya saya sudah cukup berumur. Heuheu.

Kesimpulannya, Spider-Man Into the Spider-Verse adalah film yang sangat menghibur, memanjakan
mata dan telinga, cerita yang diangkat juga tidak kelewat berat sehingga bisa dikategorikan sebagai film
untuk semua kalangan umur. Untuk yang teman-teman yang belum menikmati film ini, saya sarankan
segera merapat ke website favorite anda. Hahaha.

AdiĆ³s!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Sebelum Iblis Menjemput (2018)

Sebelum Iblis Menjemput (2018). Berawal dari rekomendasi teman, akhirnya saya memutuskan untuk menonton film ini bersama teman group whatsapp yang sengaja saya bentuk untuk menonton film di bioskop, karena jujur saja menemukan orang dengan selera film yang kurang lebih sama merupakan hal yang cukup sulit untuk saya.            Sebetulnya rekomendasi ini datang dari teman-teman produksi saya yang kebetulan lebih dulu menonton, dan   beberapa ulasan dari mereka bikin saya semakin penasaran dengan apa yang akan Timo Tjahjanto suguhkan di film horrornya ini.

Review Buffalo Boys (2018)

Penantian selama 5 bulan untuk menyaksikan film ini akhirnya terbayar kemarin malam. Padahal ingin sekali menonton pada hari pertama masuknya buffalo boys di bisokop. Namun ya sudahlah ya..

Review Cek Toko Sebelah (2016)

Selamat Natal dan Tahun Baru 2018! Sudah beberapa lama kita tidak bersua. Hai diriku yang pemalas! Jadi liburan kali ini, saya pulang ke pare, menikmati kehampaan sinyal internet, serta keterbatasan kuota.